Stanting terjadi pada anak anda? simak penyebab dan cara pencegahannya

27 Juni 2022, 20:40 WIB
Maria Oliv Balita Lumpuh saat dibawa ke Rumah Sakit /Bojes seran/

ZONAMAROS- Stunting adalah kondisi serius pada anak yang ditandai dengan tinggi badan anak di bawah rata-rata

Bahkan pada akhirnya diikuti dengan gangguan kecerdasan pada anak dikarenakan kurang gizi kronis.

Setiap orang tua pasti menginginkan pertumbuhan yang sehat dan baik bagi anaknya.

Baca Juga: Cara Merawat Kulit Ketiak yang Hitam akibat Waxing

Periode 1000 hari pertama sering disebut periode emas (golden period) yaitu masa sejak anak dalam kandungan sampai anak berusia dua tahun merupakan periode yang sangat penting untuk pencegahan Stunting.

Sebagaimana diberitakan dalam artikel bekasi.pikiran-rakyat.com dengan judul "Apa Itu Stunting? Simak Penyebab dan Cara Pencegahannya Berikut Ini"

Kerapkali kita mendengar tentang istilah Stunting dan sering diperbincangkan oleh bunda-bunda yang memiliki anak balita.

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan Stunting?

Menurut WHO, Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.

Baca Juga: 5 Cara Mengurangi Pigmentasi Pada Kulit dengan Bahan Alami

Sedangkan menurut UNICEF, Stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan dengan tinggi badan di bawah minus dua disebut stunting berat dan sedang, dan minus tiga disebut stunting kronis.

Hal ini diukur dengan menggunakan standar pertumbuhan anak yang dikeluarkan oleh WHO.

Angka kejadian stunting di Indonesia menurut WHO tergolong kronis dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Kondisi ini dapat menandakan bahwa nutrisi anak tidak terpenuhi dengan baik. Jika dibiarkan tanpa penanganan, stunting bisa menimbulkan dampak jangka panjang kepada anak.

Baca Juga: Rahasia Hidup Tampil Fresh Sehat Ala Luna Maya

Anak tidak hanya mengalami hambatan pertumbuhan fisik, tapi nutrisi yang tidak mencukupi juga memengaruhi kekuatan daya tahan tubuh hingga perkembangan otak anak.

Simak beberapa penyebab angka kejadian stunting tinggi di Indonesia yang telah dirangkum PikiranRakyat-Bekasi.com dari diskes baliprov.

Penyebab Stunting diantaranya:

- Ketidaktahuan atau minimnya kemampuan orangtua tentang Kesehatan dan gizi anak balita

Baca Juga: 5 Cara Menjernihkan Mata dengan Bahan Alami, Simak Tipsnya

- Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (ante natal care) atau pelayanan kesehatan ibu selama masa kehamilan, post natal care atau pelayanan setelah melahirkan dan pembelajaran dini yang berkualitas.

- Kurangnya konsumsi makanan yang bergizi

- Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi

Guna menekan angka kejadian stunting, alangkah baiknya bunda-bunda sekalian memahami bagaimana cara mencegah terjadinya stunting pada anak.

Simak cara pencegahan stunting yang dapat kita lakukan sebagai berikut :

1. Bunda disarankan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak sejak dalam kandungan. Masa kehamilan sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang janin.

Baca Juga: Sering Mengalami Masalah Pada Wajah? lakukan rutinitas perawatan wajah ini

Selain itu, calon ibu yang sedang hamil disarankan banyak konsultasi Kesehatan ke dokter atau bidan.

2. Menyusui ASI Eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan. Kandungan dalam ASI dinilai mampu meningkatkan system kekebalan tubuh pada bayi sehingga anak tidak mudah sakit.

3. Ketika bayi telah menginjak usia 6 bulan keatas, bunda diperbolehkan memberikan makanan pendamping atau MPASI yang eksklusif.

Makanan yang mengandung gizi yang sehat juga dapat mempercepat tumbuh kembang anak. Namun demikian perlu konsultasi ke dokter mengenai produk yang dikonsumsi.

4. Jaga kebersihan lingkungan. Salah satu faktor yang sering tidak disadari bahwa lingkungan yang kotor akan mudah atau rentan mendatangkan penyakit untuk si bayi.

Bunda-bunda perlu waspada tentang bahayanya stunting. Anak yang mengalami stunting tidak hanya bertumbuh pendek.

Tetapi juga sangat mempengaruhi kemampuan daya pikirnya. Hal ini bisa mengganggu proses belajar anak dan kreativitasnya di usia yang produktif.***(Ulfa Arifani/PR BEKASI )

Editor: Muhammad Arief Ibrahim

Sumber: bekasi.pikiran-rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler