Sri Lanka menghadapi kekurangan devisa serius yang bahkan tidak bisa membiayai impor barang penting sekalipun, termasuk makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.
Baca Juga: Respons Menag Terhadap Wabah PMK : Umat Islam Tak Perlu Paksa untuk Kurban
Wijesekera mengatakan bahwa perusahaan Ceylon Petroleum Corporation (CPC) yang dikelola negara tak bisa memastikan kapan pasokan minyak segar akan tiba. CPC juga telah menutup satu-satunya kilang karena kekurangan minyak mentah.
Kilang minyak tersebut mulai beroperasi pada awal bulan ini menggunakan 90 ribu ton minyak mentah dari Rusia yang dibeli melalui Coral Energy yang berbasis di Dubai dengan persyaratan kredit dua bulan.
Selain itu, Wijesekera juga menyesalkan bahwa pengiriman bensin, solar, dan minyak mentah yang dijadwalkan awal pekan ini dan pekan depan tidak akan terpenuhi tepat waktu karena alasan perbankan dan logistik.
Ia menjelaskan bahwa stok yang tersisa akan didistribusikan ke beberapa stasiun pengisian bahan bakar (SPBU). Angkutan umum dan pembangkit listrik akan menjadi prioritas.
"Saya memohon maaf atas keterlambatan ini," ucap Wijesekera dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Alarabiya pada Minggu, 26 Juni 2022.
Pekan lalu, pemerintah sudah menutup lembaga negara yang tidak terlalu penting dan aktivitas sekolah selama 2 pekan untuk mengurangi perjalanan karena krisis energi.
Adapun beberapa rumah sakit di Sri Lanka melaporkan bahwa adanya penurunan tajam dalam kehadiran tenaga kesehatan (nakes) karena kekurangan bahan bakar.
Artikel Rekomendasi