Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe memperingatkan parlemen pada tengah pekan ini bahwa negara Asia Selatan berpenduduk 22 juta orang tersebut akan terus menghadapi kesulitan selama beberapa bulan ke depan.
Wickremesinghe mendesak rakyatnya agar menggunakan bahan bakar dengan hemat.
"Ekonomi kita telah menghadapi kehancuran total," kata Wickremesinghe.
"Kita sekarang sedang menghadapi situasi jauh lebih serius di luar sekadar kekurangan bahan bakar, gas, listrik dan makanan," katanya menambahkan.
Pada April 2022, Pemerintah Sri Lanka telah mengakui tidak bisa membayar utang luar negeri sebesar USD 51 miliar (Rp756 triliun).*** (Hilmy Farhan/Pikiran Rakyat)
Artikel Rekomendasi